BeritaHR

Media Belajar Human Resources

Archive for the ‘Psikotest & Assessment Center’ Category

Simple Mapping Method : Sharing DISC

leave a comment »

Oleh :fannyherdina

Keluhan seorang potential client yang sedang mengembangkan kesadaran HRD-nya, pertama-tama, biasanya adalah tentang bagaimana to put the right person on the right place. Tentunya menjadi sedikit lebih “seru” ketika melibatkan karyawan-karyawan lama yang sudah puluhan tahun bekerja sama dengan sang owner atau sang perintis. Peran pemimpin yang baru jadi kelihatan sangat penting.

Ini yang terjadi waktu awal Mei 2008 ini saya dan tim Arupakarta diminta untuk memberi training di salah satu hotel di Semarang. Sang Executive Assistant Manager minta tim management-nya diberi tool yang bisa dipakai buat tahu kondisi karyawannya. Diskusi dimulai antara Pak Adi (EAM) dan Fatriya (Partner Arupakarta!) soal seberapa jaug mapping yang diinginkan. Ternyata sementara ini mereka minta tool paling sederhana, paling cepat en paling no-psikologis. En pilihan cara penyampaiannya adalah semacam workshop yang langsung melibatkan orang-orang yang mau dimapping dan orang-orang yang akan melakukan mapping.

Desain workshop akhirnya dibuat, tools mulai dipilih. Dari semua tools yang disajikan, EAM pilih DISC karena paling cepat (hanya 7 menit) dan cukup menjawab kebutuhan dia saat ini untuk mapping seluruh karyawannya. Usul soal PAPI KOSTICK dll sementara dipending karena sudah masuk tengah tahun. Rencana workshop hanya berlangsung 1 hari mengingat operasional hotel yang gak bisa dibuat off total.

Jadi paruh pertama workshop adalah mengumpulkan sekitar 20 orang untuk dites DISC. Selanjutnya kelompok pertama meninggalkan lokasi, digantikan tim management untuk ngomongin soal bagaimana cara memakai data yang ada untuk mapping. Diskusinya seru. Ternyata sebagian dari management ikut menyelipkan diri di paruh pertama dan punya hasil pribadinya. Dan karena mudahnya, instruksi juga dengan mudah diajarkan ke teman lain dan menyebar dengan cepat.

Diskusi tentang kompetensi apa yang sebenarnya dibutuhkan dalam pekerjaan mulai meriah. Walaupun hanya mengelompokkan individu dalam 4 kelompok, tapi bagi seorang yang baru akan memulai DISC adalah tool yang bagus untuk dipakai. Pertanyaan-pertanyaan seperti gimana profile nyang dibutuhkan untuk marketing, apa bedanya dengan profil PR mulai bermunculan. Kerancuan yang selama ini nempel di kepala masing soal orang keuangan yang kurang gaul, jadi punya penjelasan bagi masing-masing individu.

Yang paling menarik dari seluruh workshop adalah fakta (yang dari dulu selalu saya temukan dalam setiap training) bahwa setiap orang sangat curious dengan dirinya sendiri. Pada akhirnya konsultasi dan pertanyaan yang muncul justru dalam konteks untuk melakukan mapping terhadap dirinya sendiri.

Hmm. Another message’s delivered well.

Written by brammantya kurniawan

July 29, 2008 at 8:28 am

Sukses dalam Psikotes Lewat Kursus ??

leave a comment »

Lembaga kursus psikotes mulai berkembang. Apa pengaruhnya terhadap hasil tes dan masa depan seseorang?
Sumber : Tempo Interaktif

Hiasinta Kusumawati tinggal menunggu hasil tes wawancara untuk masuk sebagai staf di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Serangkaian tes, termasuk psikotes, sudah dijalaninya dengan baik. Hasilnya cukup memuaskan, sehingga dia bisa lolos ke tahap akhir.

Lajang berusia 22 tahun itu merasa sangat terbantu menjalani tes tersebut setelah mengikuti bimbingan psikotes di Gerbang Psikologi & Studi (GPS), Jakarta.”Saya semakin tahu mengenai bentuk soal-soal psikotes dan cara praktis dalam mengerjakannya,” katanya.

Hiasinta mengikuti bimbingan itu karena ingin memperoleh skor tinggi dalam psikotes yang diikutinya untuk mencari kerja. GPS, kata wanita yang gemar membaca dan main catur itu, banyak mengajarkan pada para peserta tentang cara berpikir cepat, tepat, teliti, dan benar ketika mengerjakan psikotes.

“Metode pengajaran yang diberikan juga sangat sederhana dan easy to remember. Dengan demikian, para peserta tidak mengalami kesulitan harus menghafal rumus ini dan itu, yang pada kenyataannya menjadi kendala besar bagi sebagian besar orang,” katanya.

GPS yang dimaksudkan Hiasinta memang merupakan lembaga yang bergerak di bidang bimbingan psikotes atau tes potensi akademik (TPA). Di lembaga ini para peserta kursus akan memperoleh materi untuk mempermudah menjalani psikotes. Kursus hanya dilakukan selama satu hari. (Klik pula Profil : Sekali Kursus untuk Selamanya)

Menurut Moko, salah satu staf GPS, kursus dimaksudkan untuk memaksimalkan hasil tes seseorang. Pasalnya, selama ini ada begitu banyak kasus yang menunjukkan seseorang yang sebenarnya memiliki kemampuan tinggi ternyata tidak lolos tes. Para peserta psikotes itu merasa awam dan tidak tahu aturan main dari alat tes. “Akibatnya bisa diduga, nilai mereka rendah dan diinterpretasikan sebagai tidak berpotensi. Mereka pun gugur pada tahap awal seleksi,” katanya kepada Tempo News Room.

GPS menyediakan waktu untuk menguji kenyataan itu. Ternyata, setelah menerima pengenalan sebagian materi dan aturan mainnya, para peserta dapat meningkatkan nilai pada kesempatan tes yang mereka jalani di kemudian hari.

Namun, kata Moko, seseorang yang potensi sebenarnya memang rendah, hasilnya tesnya tidak akan meningkat setelah mengikuti kursus. “Artinya, kegiatan kami bukan membuat orang yang kurang berpotensi menjadi terlihat seolah-olah berpotensi. Namun, kami berusaha menyamakan persepsi mereka sehingga mereka siap untuk dilihat potensinya melalui psikotes,” katanya.

Cerita Hiasinta, yang mengaku memperoleh begitu banyak manfaat dari kursus, melukiskan hal itu. Dia menjadi tahu cara menyelesaikan soal tes, terutama yang berkaitan dengan berhitung. “Dalam soal tes, angka-angka tersebut kan rumitnya nggak tanggung-tanggung. Kalau pertama kali dilihat memang bikin kepala pusing. Namun, ketika saya mengetahui cara mengerjakan soal seperti itu, jadi terlihat lebih mudah dan juga cepat pengerjaannya,” katanya.

Hiasinta juga merasa banyak belajar mengenai cara bernalar yang praktis. Hal tersebut sangat penting, sebab dalam psikotes juga terdapat soal-soal yang berkaitan dengan penalaran. “Saya bisa benar-benar tahu dan terbiasa dengan bentuk dan ciri-ciri soal dalam psikotes. Saya juga menjadi tidak grogi mengikuti tes dan bisa mengerjakannya dengan tenang,” katanya.

Kehadiran kursus yang telah diikuti lebih dari 290 peserta di seluruh pelosok tanah air itu memang didasari besarnya minat seseorang untuk bisa diterima dalam sebuah tes. Tes ini merupakan sarana yang penting bagi sebuah perusahaan atau jawatan untuk menyeleksi pegawai baru. Jika sebuah perusahaan membutuhkan dua manajer baru, misalnya, bisa jadi ada ribuan orang yang mengajukan lamaran. Dua pelamar dengan hasil tes terbaik itulah yang kemudian diangkat sebagai pegawai baru.

Menurut Pembantu Dekan Bidang Akademik pada Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Henny E Wirawan, psikotes digunakan untuk memilih orang terbaik dari sekian banyak calon, sesuai kriteria jabatan maupun tugas yang harus dilakukan. Tes ini juga bisa menjadi dasar untuk pengembangan karir seseorang. “Pendek kata, ia bisa jadi peta kekuatan seseorang. Di samping itu, peta kekuatan organisasi atau perusahaan dapat diketahui, sehingga memudahkan pengembangan sumber daya manusia,” kata Henny.

Materi yang diujikan dalam psikotes biasanya menyangkut tingkat kecerdasan seseorang. Sikap dan cara bekerja juga akan diuji. Dari hasil tes bisa dilihat skor untuk seluruh aspek. “Masalah kepribadian juga diuji. Apakah ada masalah dengan emosi atau keraguan-raguan,” kata Henny.

Menurut konsultan karier dari Dunamis Intermaster, Tommy Sudjarwadi, seseorang yang mengikuti kursus memang memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk diterima. “Tapi, kalau psikotes itu dikonfirmasi dengan wawancara dan tes lainnya, sebagian besar akan gagal juga,” kata Tommy.

Kehadiran lembaga kursus juga dapat berpengaruh pada hasil psikotes yang tidak lagi mencerminkan pribadi seseorang. Hal ini sudah disadari semua praktisi psikologi sehingga mereka mulai mengembangkan alat pemeriksaan ulang. “Di kantor saya ada salah satu tools yang dilengkapi alat ricek yang tecermin dalam faktor konsistensi. Artinya, kalau Anda memanipulasi, biasanya tidak konsisten,” kata Tommy.

Sebagai contoh, kata Tommy, seorang pelamar untuk bidang akuntasi akan ditanya, apakah dia menyukai akuntansi. Tentu saja, sang pelamar akan menjawab bahwa dirinya suka akuntansi. Namun, ketika diminta memilih lebih suka bertemu orang atau mengurusi angka-angka, dia ternyata menjawab memilih bertemu orang. “Nah, di sini tecermin konsistensi seseorang. Walaupun jawabannya bagus sesuai keinginan kita, tapi kalau konsistensinya rendah, ia akan gagal,” katanya.

Kehadiran kursus psikotes, menurut Henny, bisa memunculkan dampak negatif. Jika hasil tes ternyata tidak sesuai dengan kemampuan sebenarnya seseorang, menurut Henny, pihak perusahaan dan pelamar akan menderita rugi. Pihak perusahaan tidak memperoleh orang yang benar-benar tepat pada bidangnya. “Sedangkan peserta itu bisa sakit atau stres. Jadi, hal ini akan berdampak tidak baik buat dirinya maupun perusahaan. Kalau sampai ketahuan oleh perusahaan, ya di-black list lah,” kata Henny. (Hilman Hilmansyah-Tempo News Room)

Written by brammantya kurniawan

July 29, 2008 at 7:53 am

Lembaga Psikotest,makin diburu sepi pemain

with one comment

Sejumlah Praktisi di luar Jakarta belakangan ini mengeluhkan kurangnya lembaga psikotest yang berkualitas di luar Jakarta.Beberapa pemain yang telah mengembangkan sayapnya keluar Jakarta dinilai belum mencukupi standar yang diinginkan.Lalu kemanakah pasar akan menentukan jalannya menyikapi supply & demand yang tidak seimbang ini?

 

Psikotes merupakan bagian dari rangkaian seleksi sebuah lowongan kerja, yang kerap memiliki arti penting. Psikotes, percaya atau tidak, merupakan perangkat untuk menangkap kecenderungan para pelamar, yang meliputi kemampuan intelektual atau kepribadian. Dua hal ini tentunya akan disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan yang tersedia.

Beberapa lembaga psikotest biasanya masih dimonopoli oleh beberapa Universitas dan lembaga pendidikan.Berbeda dengan Jakarta,pasar diluar Jakarta masih terbuka lebar dan menunggu tangan-tangan para investor psikologi untuk menggebrak pasar SDM.Entah mengapa,seolah beberapa market leader lembaga psikotest yang cukup memiliki nama di Jakarta,justru menyambut dingin pasar industri ini diluar Jakarta.

Padahal apabila ditilik prospek pasar yang cukup tinggi dan banyaknya demand,industri ini masih menjanjikan.Ditilik dari prosesnya yang cukup simple,bisnis ini sangat prospektif untuk dikembangkan diliar Jakarta.

Sebenarnya, proses psikotes itu sendiri cukup spesifik: dimulai dari perusahaan yang membuka lowongan kerja untuk beberapa posisi. Lalu perusahaan tersebut menetapkan sejumlah kualifikasi yang harus dipenuhi para pelamar kerja. Untuk alasan efisiensi, biasanya perusahaan tersebut meminta bantuan pada lembaga psikologi terapan untuk mengadakan psikotes yng dibutuhkan. Langkah selanjutnya, dengan gambaran kualifikasi yang ditetapkan perusahaan, lembaga tersebut berusaha menangkap kemampuan dan kecenderungan untuk memenuhi kualifikasi tersebut.

 

 

 

Beberapa keluhan yang sering dikeluhkan oleh para pengguna jasa psikotes adalah :

  • Ulasan Profil yang sulit dibaca/user friendly

  • Laporan yang tidak cepat

  • Korelasi Ulasan Psikologis dengan Job deskripsi

  • Aspek Psikologis yang tidak segmented

Biasanya terdapat 3 aspek pokok yang diungkap dalam psikotes. Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan integritas yang tidak bisa dipisahkan secara segmentatif. Hasil dari ketiga aspek ini, nantinya akan menentukan “kualitas” seseorang.

 

  1. Pertama, aspek kecerdasan umum atau intelegensi yang untuk mendeteksinya, dibutuhkan sebuah alat tes yang memancing kemampuan intelegensi umum dan kemampuan khusus. Alat tes yang biasa digunakan bisa berupa tes verbal, non-verbal dan performance.

  2. Aspek kedua, karakteristik/perilaku kerja. Hal ini meliputi berbagai unsur: kecepatan, ketelitian, perencanaan dan semacamnya, biasnya disesuaikan dengan kebutuhan khusus pekerjaan.

  3. Aspek ketiga adalah aspek kepribadian. Hal ini biasanya mencerminkan sisi-sisi unik seseorang. Untuk menggali aspek ini, dibutuhkan ketajaman dan kepekaan psikolog. Untuk menghindari hal-hal yang subyektif seperti marah atau tersinggung, dibutuhkan pengalaman yang memadai

Keseluruhan hasil psikotes disesuaikan dengan kualifikasi “pesanan” perusahaan. Seseorang yang memenuhi kualifikasi, akan direkomendasikan untuk diterima. Memang, tidak semua pelamar bisa memenuhi 100 persen kualifikasi yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan.

 

Written by brammantya kurniawan

July 29, 2008 at 7:34 am