BeritaHR

Media Belajar Human Resources

Posts Tagged ‘Training

MILITER THAILAND LIRIK ESQ

leave a comment »

Sumber : ESQ way

 

Jenderal Pongsak Intarawongsak kagum pada sukses ESQ. Jenderal Kwahnchart Klahan ingin ajak ESQ untuk meredakan konflik di Thailand selatan.

 

Para petinggi militer Thailand tertarik dengan training ESQ berkaitan dengan upaya mereka mengatasi konflik di wilayah selatan. Pada 16 Juni lalu, mereka mengirim tim yang terdiri 10 orang, tiga jenderal bintang empat, untuk menggali kemungkinan kerjasama dengan ESQ Training Leadership Center (ESQ LC).

 

Dalam pertemuan selama sekitar satu jam di Menara 165 itu, mereka mengutarakan ketertarikannya pada training ESQ, karena telah memberi dampak positif dalam penanganan konflik. Rombongan tim Thailand dipimpin Jenderal Kwahnchart Klahan, Presiden Komite Penasihat untuk Menteri Pertahanan dan Perdana Menteri.

 

Saat menerima rombongan, pimpinan ESQ Ary Ginanjar didampingi beberapa tokoh alumni ESQ, seperti Prof. Dr. Priyatna Abdul Rasyid, Mayjen (Purn.) Arif Siregar, Prof. Dr. Gunawan Sumodiningrat, dan Tarmizi Karim. Yang disebut terakhir adalah Koordinator Wilayah Forum Komunikasi Alumni (FKA) Nanggroe Aceh Darussalam.

 

Tarmizi Karim memukau para tamu dari Thailand dengan kisah sukses training ESQ di Aceh. Mula-mula, ia mengulas secara ringkas konflik di Aceh. Tarmizi lalu menjelaskan bahwa training ESQ masuk ke Aceh melalui proses yang rumit, panjang, dan sangat mendebarkan. FKA ESQ Aceh bersama ESQ LC melakukan komunikasi intensif selama dua tahun untuk menghadirkan training ESQ di provinsi yang bergolak itu.

 

”Kami memang tidak langsung menjangkau para pentolan (tough guys) dari Gerakan Aceh Merdeka,” kata Tarmizi. Mula-mula, sejumlah tokoh masyarakat setempat, seperti ulama, diundang ke tempat training. Mereka duduk dan berbicara dengan pimpinan ESQ Leadership Center, termasuk Ary Ginanjar. ”Kami sampaikan pesan kepada mereka bahwa kami bukan kelompok politik. Kami peduli pada persoalan ekonomi dan sosial masyarakat Aceh.”

 

ESQ lalu berhasil melakukan komunikasi dengan para pentolan GAM, termasuk Panglima GAM Muzakir Manaf dan orang keduanya, Sofyan Dawood, yang kemudian ikut raining. Berkat training itulah, untuk pertama kalinya Sofyan Dawood datang ke gedung Jakarta Convention Center dan menangis di sana. Saat itu mereka pun telah siap duduk berdampingan dengan sejumlah tokoh militer Republik Indonesia.

 

Saat ini, hampir 250 anggota GAM telah ikut training ESQ. Mereka itulah, menurut Tarmizi, yang berperan menyampaikan kepada rekan-rekan mereka tentang pentingnya perdamaian di Aceh.

 

Jenderal Pongsak Intarawongsak, salah satu anggota Komite Penasihat yang hadir dalam kesempatan itu, mengatakan bahwa konflik di Aceh memiliki kemiripan dengan yang terjadi di wilayah selatan Thailand, dan karena itu penanganan konflik di Aceh bisa menjadi model untuk Thailand. Secara khusus, Intarawongsak menyatakan kagum pada sukses ESQ LC yang, menurut dia, berkat trainer-trainer yang sangat bagus. ”Mereka orang-orang muda yang efektif, berbakat dan berpengalaman,” katanya. Lalu, ia pun mengajukan pertanyaan tentang bagaimana ESQ Leadership Center merekrut dan mengembangkan kemampuan mereka.

 

Ary menjelaskan bahwa ESQ LC memiliki standar, filosofi dan modul untuk melatih para trainer. ”Mereka harus melalui masa pelatihan selama sekitar setahun sebelum menjadi trainer,” katanya seraya menginformasikan bahwa saat ini ESQ LC telah memiliki 100 trainer di Indonesia dan Malaysia.

 

Tentang training di Aceh, Ary menjelaskan bahwa ESQ datang ke sana, ”Hanya sebagai sebuah perusahaan swasta.” Para pendiri GAM mau datang, menurut Ary, karena ESQ meyakinkan mereka bahwa lembaga ini adalah oksigen yang tidak berwarna. Dan, mereka pun bersedia ikut training.

 

Dalam training, lanjut Ary, ESQ tidak mengubah pikiran para aktivis GAM. ”Kami menyentuh hati mereka. Setelah itu, mereka melupakan perang dan sejarah panjang perjuangan mereka. Kami berikan sesuatu yang mengubah sudut pandang mereka. Kami berikan kepada mereka tidak hanya kebahagiaan fisik, tapi juga kebahagiaan spiritual, sesuatu yang tidak pernah mereka ketahui sebelumnya.” 

 

Ary berharap, jika pemerintah dan militer Thailand menghendaki training ESQ dilakukan di wilayah selatan negara itu, perlu dilakukan penelaahan bersama tentang kultur, filosofi dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat, lalu berdasarkan hasil telaah itu dibuat modul khusus. Kepada para calon peserta, kata Ary, juga perlu diyakinkan bahwa ESQ datang ke sana bukan karena kemauan pemerintah.

 

Pada akhir pertemuan, Jenderal Kwahnchart Klahan menyatakan dukungannya terhadap usulan dari ESQ LC untuk melakukan pertemuan lanjutan.

Written by brammantya kurniawan

July 31, 2008 at 8:10 am

Simple Mapping Method : Sharing DISC

leave a comment »

Oleh :fannyherdina

Keluhan seorang potential client yang sedang mengembangkan kesadaran HRD-nya, pertama-tama, biasanya adalah tentang bagaimana to put the right person on the right place. Tentunya menjadi sedikit lebih “seru” ketika melibatkan karyawan-karyawan lama yang sudah puluhan tahun bekerja sama dengan sang owner atau sang perintis. Peran pemimpin yang baru jadi kelihatan sangat penting.

Ini yang terjadi waktu awal Mei 2008 ini saya dan tim Arupakarta diminta untuk memberi training di salah satu hotel di Semarang. Sang Executive Assistant Manager minta tim management-nya diberi tool yang bisa dipakai buat tahu kondisi karyawannya. Diskusi dimulai antara Pak Adi (EAM) dan Fatriya (Partner Arupakarta!) soal seberapa jaug mapping yang diinginkan. Ternyata sementara ini mereka minta tool paling sederhana, paling cepat en paling no-psikologis. En pilihan cara penyampaiannya adalah semacam workshop yang langsung melibatkan orang-orang yang mau dimapping dan orang-orang yang akan melakukan mapping.

Desain workshop akhirnya dibuat, tools mulai dipilih. Dari semua tools yang disajikan, EAM pilih DISC karena paling cepat (hanya 7 menit) dan cukup menjawab kebutuhan dia saat ini untuk mapping seluruh karyawannya. Usul soal PAPI KOSTICK dll sementara dipending karena sudah masuk tengah tahun. Rencana workshop hanya berlangsung 1 hari mengingat operasional hotel yang gak bisa dibuat off total.

Jadi paruh pertama workshop adalah mengumpulkan sekitar 20 orang untuk dites DISC. Selanjutnya kelompok pertama meninggalkan lokasi, digantikan tim management untuk ngomongin soal bagaimana cara memakai data yang ada untuk mapping. Diskusinya seru. Ternyata sebagian dari management ikut menyelipkan diri di paruh pertama dan punya hasil pribadinya. Dan karena mudahnya, instruksi juga dengan mudah diajarkan ke teman lain dan menyebar dengan cepat.

Diskusi tentang kompetensi apa yang sebenarnya dibutuhkan dalam pekerjaan mulai meriah. Walaupun hanya mengelompokkan individu dalam 4 kelompok, tapi bagi seorang yang baru akan memulai DISC adalah tool yang bagus untuk dipakai. Pertanyaan-pertanyaan seperti gimana profile nyang dibutuhkan untuk marketing, apa bedanya dengan profil PR mulai bermunculan. Kerancuan yang selama ini nempel di kepala masing soal orang keuangan yang kurang gaul, jadi punya penjelasan bagi masing-masing individu.

Yang paling menarik dari seluruh workshop adalah fakta (yang dari dulu selalu saya temukan dalam setiap training) bahwa setiap orang sangat curious dengan dirinya sendiri. Pada akhirnya konsultasi dan pertanyaan yang muncul justru dalam konteks untuk melakukan mapping terhadap dirinya sendiri.

Hmm. Another message’s delivered well.

Written by brammantya kurniawan

July 29, 2008 at 8:28 am