BeritaHR

Media Belajar Human Resources

Posts Tagged ‘Manajemen Diri

Manajemen Diri Pasca PHK

leave a comment »

Manajemen Diri Pasca PHK
 

Oleh  Ubaidilah, AN

 

 

 

Untuk sebagian besar wilayah Indonesia, gelombang PHK ini konon diperkirakan akan terus bertambah. Asumsi ini didasari oleh perhitungan-perhitungan logis di lapangan, misalnya saja: biaya operasional usaha yang semakin meningkat akibat kenaikan BBM, iklim investasi yang belum menjanjikan karena faktor keamanan, hukum, bencan alam, dan lain-lain.

Meski pemerintah sudah menetapkan beberapa anjuran moral agar pihak industri jangan sedikit-sedikit menggunakan jurus PHK, tetapi toh kenyataannya masih sulit dihindari. Ini mungkin terjadi karena faktor kemampuan finansial yang kurang mendukung, bukan murni faktor moral para pengelola perusahaan.

Dalam kamus dunia industri atau dunia kerja, PHK ini termasuk salah satu yang dirasakan sebagai musibah (bad surprise) bagi sebagian besar orang. Musibah di sini adalah adanya kenyataan buruk yang tidak bisa diterima kedatangannya secara langsung dan seketika. Sebagian besar orang akan menolak apabila terkena PHK. Penolakan batin itu ada yang dilampiaskan dalam bentuk bingung, sedih, pusing, setengah tidak percaya, down, dan lain-lain.

Dipikir-pikir memang sangat manusiawi jika PHK itu sama artinya dengan musibah bagi sebagian besar orang. Why? Karena yang hilang akibat keputusan PHK itu bukan hanya sumber penghasilan saja. Sumber harga diri juga hilang, minimalnya status sosial. Ada yang sengaja pindah rumah karena tidak kuat menghadapi bisik-bisik tetangga di kompleknya. Pendeknya, PHK tidak saja mengakibatkan berkurangnya isi rekening bank finansial, tetapi juga dapat mengurangi / menguras isi rekening bank emosional. Gelombang alur rekening bank emosi paska PHK itu tidak stabil. Gerakannya  mirip seperti gelombang yang turun-naik, bergejolak antara: harapan dan ketakutan, kesedihan dan biasa-biasa, keyakinan dan keraguan, kehati-hatian dan rasa malu, optimisme dan pesimisme, frustrasi dan termotivasi kembali.

 

Resep untuk dijalankan

 

Di bawah ini bukan obat untuk diminum lantas kita yakini akan menjamin kesembuhan begitu kita bangun tidur. Kenyataan hidup ini sepertinya tidak bisa dihadapi dengan rumusan yang cara kerjanya seperti obat sakit kepala. Kenyataan hidup ini menuntut resep yang isinya adalah apa saja yang harus kita lakukan dan apa saja yang harus kita hindari, terlepas itu enak atau tidak enak. Di bawah ini adalah resep untuk dijalankan. Beberapa resep yang perlu dijalankan paska PHK itu antara lain:

 

1.  Memperjuangkan Tujuan

Tujuan di sini adalah sasaran yang kita inginkan untuk terjadi dari apa yang kita usahakan hari ini. Silahkan memilih tujuan yang cocok sesuai dengan keadaan-personal anda. Anda boleh memilih mencari pekerjaan lain, memilih usaha sendiri, menjadi “self-employer”, dan lain-lain. Tentukan tujuan yang jelas lalu perjuangkan tujuan itu.

Mengapa tujuan di sini menjadi penting? Setidaknya ada dua alasan yang perlu kita sadari. Pertama, tujuan adalah manajemen pikiran. Kalau kita sudah menetapkan tujuan dan itu kita perjuangkan hari demi hari paska PHK, maka pikiran kita tidak terbebani oleh ingatan pada hal-hal buruk yang menimpa kita.

Disadari atau tidak, sebenarnya yang membuat kita malas, berat melangkah, dan semisalnya, kerapkali bukan karena tidak mampu melangkah, tetapi  karena pikiran ini kita gunakan untuk mengingat-ingat peristiwa yang tidak memotivasi kita. Karena itu kita sering mendengar nasehat bahwa fokus mengandung kekuatan.

Kedua, tujuan bertindak sebagai “pengontrol nasib”. Saya ingin menjelaskan istilah ini dengan meminjam ungkapan lama yang mengatakan bahwa nasib kita tidak ditentukan oleh apa yang menimpa kita hari ini. Nasib kita akan ditentukan oleh kemana langkah ini akan kita gerakkan. Tujuan adalah sasaran di mana langkah ini akan kita gerakkan untuk mencapainya. Kita semua tahu bahwa tujuan apapun yang kita tetapkan, apalagi mendapatkan pekerjaan baru atau membangun usaha baru, tentunya tidak dapat kita capai semudah membalik tangan. Tetapi harus kita sadari bahwa dengan memiliki tujuan yang jelas dan jelas-jelas kita perjuangkan, akan membuat kita termotivasi dan terbentengi. Bahwa nantinya harus ada tujuan jangka pendek, tujuan perantara, tujuan jangka panjang, atau tujuan ideal, ini semua masalah tehnis yang harus kita sesuaikan dengan keadaan.

2.  Menyadari Tanggung Jawab Personal

Yang membuat kita menderita, kehilangan sumber penghasilan, kehilangan status dan lain-lain (dalam kasus PHK ini) boleh jadi bukan ulah kita. Namun, karena kita yang menderita dan karena kita yang menginginkan solusi, maka kitalah yang harus menjadi penanggung jawab utama atas nasib kita. Kitalah yang harus bertanggung jawab untuk menyembuhkan atau memperbaiki diri kita dari “luka batin” yang diakibatkan keputusan PHK.

Dengan kata lain, kita tidak bisa mengandalkan solusi bagi hidup kita pada orang lain atau pada manajemen perusahaan. Soal bahwa ada persoalan hukum yang harus kita selesaikan dengan pihak lain, seperti pada kasus IPTN, ini urusan hubungan kita dengan pihak lain yang sudah ada mekanismenya. Kita bisa menempuh cara melalui hukum, melalui kekeluargaan dan lain-lain.

Tanggung jawab yang tidak bisa dilemparkan kepada pihak lain adalah tanggung jawab untuk memperbaiki diri dalam wilayah hubungan kita dengan diri kita (intrapersonal). Tanggung jawab di wilayah ini tidak ada mekanismenya kecuali harus diciptakan sendiri. Intinya, kita perlu mengangkat diri sendiri sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas perbaikan diri kita. 

3.   Mempertegas “positioning

PHK memang PHK. Diotak-atik dengan menggunakan teori apapun, PHK itu rasanya sama: pahit! Meski begitu, tapi pelajaran yang bisa dipetik bisa bermacam-macam. Dari sekian orang yang saya tahu, pelajaran positif yang bisa diambil dari peristiwa sedih ini adalah memperjelas positioning. Maksudnya di sini adalah memperdalam pengetahuan tentang diri (selfunderstanding).

Saya yakin anda pun tidak kesulitan menemukan contoh yang bagus tentang hal ini dari orang-orang di sekitar anda. Ada banyak orang yang akhirnya menyadari keunggulan, kelemahan, kelebihan, kekurangan,dan lain-lain, meski awalnya mereka menolak (secara batin). Bahkan tidak sedikit yang menemukan profesi baru yang lebih pas dan lebih bagus. Mungkin bisa diistilahkan dengan kalimat blessing in disguise.

Saya melihat bahwa mempertegas positioning pada saat kita menghadapi masa-masa sulit ini tidak saja berkaitan dengan soal itu penting atau tidak. Tetapi ini berkaitan dengan kalkulasi logika yang sehat. Kita gunakan untuk mempertegas positioning atau tidak, toh kenyataan yang kita hadapi memang begitu. Daripada waktu berlalu tanpa guna, lebih baik kita gunakan untuk melakukan hal-hal yang positif. 

4.   Menambah jumlah orang

Salah satu hukum yang perlu ditaati oleh orang yang sedang mencari sesuatu yang berharga bagi dirinya adalah Hukum Kemungkinan (the law of possibility). Pasal dalam Hukum ini mengatakan bahwa semakin banyak orang yang kita kenal maka semakin besar pula peluang keberhasilan kita. People, people and people.

Semua yang kita cari pada dasarnya sudah sedang berada di tangan orang. Semua rejeki yang datang kepada kita, termasuk peluang, datangnya “melalui” proses atau pun “melalui” tangan orang lain. Tidak ada yang jatuh dari langit atau muncul dari tengah-tengah halaman buku yang kita baca atau muncul dari teori yang kita hafal.

Praktek hidup membuktikan, orang yang kita kenal berperan sangat besar bagi keberhasilan kita. Tujuan apapun yang kita pilih, entah itu mau mencari pekerjaan baru, membangun usaha baru, atau menjalani profesi baru, atau apapun, tak akan lepas dari peranan orang yang kita kenal. Terlepas anda setuju atau tidak, tetapi di sini Dale Carnegie ingin menyadarkan betapa pentingnya orang lain itu bagi kita. “Satu – satunya rumus paling penting bagi kesuksesan adalah mengetahui bagaimana berhubungan dengan orang lain”, katanya begitu. Tentu saja bukan sembarang orang yang punya arti penting bagi kita.

5.    Keimanan-kreatif

Iman yang saya maksudkan di sini bukan iman pernyataan (ucapan mulut). Pada level ini semua orang pasti beriman. Iman yang saya maksudkan adalah iman dalam level pembuktian. Lantas, apa hubungannya dengan PHK? Semua doktrin keimanan akan mengajarkan bahwa kita ini dimiliki (being owned) oleh Tuhan, bukan kita yang memiliki Tuhan. Dan, Tuhan itu punya sifat yang antara lain adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dengan doktrin itu, orang beriman diperintahkan untuk meyakini seyakin-yakinnya bahwa solusi (rahmat atau kasih sayang Tuhan) itu pasti ada. Soal teknisnya bagaimana dan seperti apa, itu soal lain. Yang penting, selama masih ada usaha, solusi pasti ada. Karena itu, pencarian harus selalu dilakukan. Bila ada satu tempat yang belum memberi solui, berarti solusi yang kita cari berada di tempat lain atau dengan menggunakan cara lain. Dan begitu seterusnya. Inilah kreatif itu.

Muatan keimanan demikian sangat kita butuhkan sebagai dorongan untuk berusaha secara terus menerus, bukan sebagai pembenar untuk pasrah-kalah terhadap kenyataan. Bayangkan apa yang terjadi ketika kita sudah berkesimpulan ditinggalkan Tuhan atau sudah tidak dimiliki lagi? Bayangkan apa yang terjadi ketika kita sudah berkesimpulan bahwa Tuhan telah menjegal langkah kita sampai di sini?

Meski kesimpulan negatif demikian tidak ber-efek apapun pada “Diri Tuhan”, tetapi usaha kita, dengan kesimpulan seperti itu, sudah lebih dulu dikalahkan oleh keputusasaan (baca: kalah oleh perintah setan) atau sudah dikalahkan oleh opini kita sendiri. Kita semua diajarkan untuk menaati perintah Tuhan dan dilarang menaati perintah setan. Tuhan menyuruh kita mencari terus, sementara setan menyuruh kita berhenti mencari. Bukti keimanan adalah ketika kita terus mencari karena kita yakin bahwa apa yang kita cari itu ada atau sudah disediakan. Selamat berusaha!!

Written by brammantya kurniawan

July 29, 2008 at 8:20 am

Posted in PHK

Tagged with